Selasa, 12 Agustus 2014

Tingkat Pencegahan Diabetes



Hai sobat,,,sekadar berbagi buat generasi profesional,,,, 
Tingkat pencegahan (Primer, sekunder dan tersier) pada kasus diabetes melitus.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Salah satu problema kesehatan yang sangat serius melanda dunia saat ini adalah penyakit diabetes. Diseluruh dunia saat ini, jumlah penderita diabetes mencapai 200 juta orang. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Komplikasi diabetes dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. 7 juta dari 12 juta penderita tersebut sudah terdiagnosis dan sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650 ribu kasus diabetes baru didagnosis setiap tahunnya. Berdasarkan bukti epidemiologi terkini, jumlah penderita diabetes  di seluruh dunia saat ini mencapai 200 juta, dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025. Alasan peningkatan ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali lipat disertai angka peningkatan obesitas yang disertai dengan urbanisasi dan ketergantungan terhadap makanan olahan. Di amerika serikat, 18,2 juta individu pengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir satu per tiga tidak menyadari bahwa mereka memilki diabetes (Elisabeth, 2009). Diabetes melitus tipe satu (tergantung insulin) dapat terjadi pada usia berapa pun, atau pada orang sebelum usia 30 tahun, tetapi manifestasi biasanya muncul selama masa dewasa, antara usia 11-12 tahun, dan mempengaruhi sekitar 10-20% populasi diabetik secara keseluruhan. Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun 8.6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat, orang hispanik, negro dan sebagian penduduk asli amerika memiliki angka insiden diabetes yang lebih tinggi daipada penduduk kulit putih. Sebagian penduduk asli amerika seperti suku prima, mempunyai angka diabetes dewasa 20% hingga 50%. Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Populasi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan berkisar antara 1, 5 sampai 2, 5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
Ada beberapa tipe DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya. DM tipe I yaitu diabetes yang tergantung pada insulin (IDDM), DM tipe II yaitu DM yang tidak tergatung pada insulin (NIDDM). Komplikasi diabetes dapat terjadi pada setiap individu dengan diabetes tipe I atau tipe II. Kurang lebih 5-10 % penderita mengalami diabetes tipe I, sedangkan 90-95 % diabetes tipe II (Brunner dan Sudarth, 2006). Di AS diabetes merupakan penyebab utama kebutaaan yang baru diantara penduduk berusia 25-74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma kecelakaan. Pada pasien dengan penyakit diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
Mengingat besarannya masalah penyakit diabetes melitus ini maka penting upaya pencegahan baik pencegahan primer, sekunder dan tersier dalam penanganan dan pencegahan yang dijadikan salah satu kebijakan kesehatan nasional di Indonesia.

1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1       Tujuan Umum: untuk meningkatkan pola pikir mahasiswa tentang konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier pada kasus luka bakar.
1.2.2       Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran pada topik ini mahasiswa mampu :
1.     Memahami konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier.
2.     Memahami tentang tingkat pencegahan pada kasus luka bakar yang terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.
1.3  Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dari pencegahan?
2.     Apa saja klasifikasi dari pencegahan?
3.     Bagaimana tingkat pencegahan pada kasus luka bakar?




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP ANATOMI FISIOLOGI
Kadar glukosa normal berkisar antara 70 – 110 mg/dl dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda.  Kadar gula darah dapat meningkat sampai 120 – 140 pada orang normal setelah makan, namun keadaan ini bisa kembali normal. Insulin merupakan satu-satunya hormon yang menurunkan kadar glukosa darah. Insulin dan glukagon diproduksi di dalam pancreas yang merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Tiga jenis sel endokrin yaitu sel alfa yang mensekresi glukagon, sel betha yang mensekresi insulin dan sel del delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pancreas.  Insulin diperlukan untuk transpor glukosa, asam amino, kalium dan fosfat melintasi membran sel khususnya sel-sel adipose dan sel-sel otot yang sedang beristirahat. Insulin juga dibutuhkan untuk mengaktifkan enzim yang meningkatkan metabolisme intraseluler. Insulin berperan dalam metabolisme terutama selama keadaan makan, sedangkan glukagon berperan pada metabolisme terutama saat puasa. Glukagon mengatur penggunaan cadangan energi melalui proses glikogenolisis, glukoneogenesis dan lipolisis. Hormon glukogen menghambat penyimpanan glikogen. Peningkatan kadar glikogen dalam darah menyebabkan hiperglikemia dan gangguan metabolisme lainya. Hipoglikemia yaitu menurunya kadar gula darah.          



2.2  KONSEP TEORI PENYAKIT DIABETES MELITUS


1.     Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, S.A., 1995)
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, E. J., 2001)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, A., 1999).
Diabetes Melitus (DM) adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Doenges, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer, Suzanne C., 2002)
Berdasarkan beberapa pengertian diabetes melitus diatas maka penulis menyimpulkan penyakit diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak   serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin dan karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.
2.     Klasifikasi Diabetes Melitus
1)     Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia muda.
2)     Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama  
3)     Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu)
Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak
4)     Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi
Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu:
a)     Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah, bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut.
b)     Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa (Price dan Wilson, 1995).

3.     Etiologi
Menurut Smeltzer (2002) etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya.
1)     Diabetes tipe I:
a.      Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
b.     Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.      Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

2)     Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a.      Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.
b.     Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.
c.      Riwayat keluarga

4.     Patofisiologi dan Pathway
1)     Patofisiologi
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pancreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin membantu transpor glukosa ke dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi sekunder. Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, dimana glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen vaskuler yang kemudian terjadilah hiperglikemia dengan demikian akan meningkat konsentrasinya dalam darah. Terjadinya hiperglikemia akan menyebabkan osmotic diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga interseluler ke dalam rongga interstisiil kemudian ke ekstra sel. Terjadinya osmotic diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urin (poliuria)  sehingga sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala polidipsi (rasa haus). Terjadinya poliuria menyebabkan hilangnya potassium dan sodium secara berlebihan sehingga terjadi gangguan keseimbangan eletrolit.
Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel maka sel akan mengalami kekurangan makanan sehingga menimbulkan gejala polipagia (rasa lapar berlebihan / makan secara berlebihan ), fatigue, berat badan menurun. Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan lolos dalam urin (glikosuria). Pada ketoasidosis muncul karena sel tidak memperoleh glukosa untuk metabolisme seluler oleh karena tidak adanya insulin. Dengan demikian untuk memperoleh energi maka lemak dipecah menjadi asam lemak dan glikoserol oleh hati dipecah  lagi menjadi benda-benda keton  dan apabila berlebihan muncul sebagai ketonuria.

 

2)     Pathway (terlampir).
5.     Tanda dan Gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:
a.      Keluhan Klasik
1)     Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2)     Banyak Minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
3)     Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

4)     Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b.     Keluhan Lain
1)     Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.
2)     Gangguan Penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.
3)     Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
4)     Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
5)     Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

6.     Komplikasi DM

1)     Komplikasi akut diabetes melitus
1.     Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
2.     Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah kurang dari normal (50 – 60 mg/dl) atau 2, 7 – 3, 3 mmol/L
3.     Sindrom HHNK ( koma hiperglikemik hiperosmoler nonketotik)
Suatu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
2)     Komplikasi kronik
1.     Gangguan makrovaskuler (IMA, stroke, gangren)
2.     Gangguan mikrovaskuler (rethinopaty, nefropaty)
3.     Neuropati
4.     Atherosclerosis
7.     Pemeriksaan Diagnosis
1)     Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
2)     Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3)     Asam lemak bebas : kadar  lipid dan kolesterol meningkat
4)     Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5)     Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
6)     Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular), selanjutnya akan menurun
7)     Fosfor : lebih sering menurun
8)     Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
9)     Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
10) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi sebagai respons terhadap stress atau infeksi
11) Ureum/kreatinin: Mungkin meningkat atau normal(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
12) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab DKA
13) Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
14) Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, pernafasan dan pada luka 

8.     Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus
            Menurut WHO, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan :
1)     Gula darah sewaktu /acak > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
2)     Gula darah puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3)     Gula darah 2 J PP sesudah mengkonsumsi 75 gr karbuhidrat  > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
 (World Health Organization, Diabetes Melitus, Report of a WHO study group. Teach Repor Series No. 727, 1985) kutipan dalam Smeltzer, Suzanne C., 2002.
9.     Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1.     Diet
Perencanaan makan / Diet, misalnya:
1)     Kurangi makanan yang mengandung glukosa
2)     Sering mengkomsumsi yang kurang manis misalnya: pepaya, kedondong, pisang, apel, tomat, semangka.
3)     Sayur-sayuran yang berserat
2.     Latihan
Dapat memperbaiki metabolisme glukosa, asam lemak dan perangsang sintesis glikogen.
1)     Pasien harus diskusi tentang program latihan dengan tenaga kesehatan. Setelah latihan (periode latihan perlu ditingkatkan secara bertahap.
2)     Penjelasan untuk makanan, berikan makanan yang mengandung 15 gr karbohidrat (1 pengganti buah)
3)     Untuk menghindari komplikasi hipoglikenesis pasca latihan kususnya latihan berat maka pasien mengkonsumsi makanan cemilan pada akhir latihan. Disamping itu harus mengurangi kadar insulin.
3.     Pemantauan glukosa darah
Dengan melakukan kadar glukosa dapat secara mandiri penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Pemeriksaan glukosa:
1)     Stik
Darah diteteskan pada setiap stik berubah warna.
2)     Hemoglobin glikosilasi
Pemeriksaan darah yang menceraikan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu kurang lebih 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glokosa akan menempel pada hemoglobin dan sel darah merah.
3)     Periksaan urin untuk glukosa
Untuk pasien yang tidak bersedia /tidak mampu untuk melaksanakan pemeriksaan glukosa darah. Mengguanakan stik akan dicocokan dengan peta warna.
4)     Periksaan urin untuk keton
Pada keton merupakan produk sampingan pemecah lemak. Kegunaan dipstik urine; bila positif akan berubah menjadi warna keunguan. Tes ini bila kenaikan kadar glukiosa darah >200mg/dl.

4.     Terapi insulin
Dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa dalam darah. Penyuntikan insulin sering dilakukan 2 kali perhari atau bahkan lebih sering. Untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
Preparat insulin dapat di kelompokan ke dalam tiga kategori utama berdasarkan awitan, puncak dan durasi kerja

1)     Short acting insulin ( insulin regular); ditandai “R” pada botolnya
a.      Awitan ½  hingga 1 jam
b.     Puncaknya 2 hingga 3 jam
c.      Durasi kerjanya 4 hingga 6 jam
d.     Diberikan 20-30 menit sebelum makan
e.      Dapat diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan insulin yang kerjanya lebih lama
f.      Insulin regular terlihat jernih.
2)     Intermediate- acti insulin
NPH insulin (neutral protamine hagedorn)/Lente insulin (“ L “ ):
a.      Awitan 3 hingga 4 jam
b.     Puncaknya 4 hingga 12 jam
c.      Durasi kerjanya 16 hingga 20 jam
d.     Berwarna putih dan menyerupai susu
3)      Long – Acting Insulin.
Kadang disebut sebagai insulin tanpa puncak kerja karena preparat ini memiliki kerja yang panjang, perlahan, dan bertahan.
a.      Awitannya 6 hingga 8 jam
b.     Puncaknya 12 hingga 16 jam
c.      Durasi kerjanya 20 hingga 30 jam
5.     Pendidikan
1)     Beri penjelasan tentang perawatan dan pengobatan yang diberikan
2)     Jelaskan mengenai tanda-tanda shock dan penangananya
3)     Demontrasikan cara pemberian insulin
4)     Jelaskan dan demontrasikan cara pemeriksaan monitor gula darah dan glukosa dalam urin.
5)     Jelaskan  tentang diet yang harus dijalankan
6)     Jelaskan cara mencegah hipoglikemia dan hiperglikemia
7)     Jelaskan komplikasi yang mungkin muncul
8)     Jelaskan tentang infeksi, kebersihan kaki, hindari adanya perlukaan pada kulit, pakai pengalas kaki yang lembut, gunakan sikat gigi yang lunak.



2.3 KONSEP PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER.
1.     Pengertian
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecatatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan secara efektif.
2.     Konsep Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier
1)     Pencegahan Primer
a)     Pengertian
Suatu upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan kelompok resiko tinggi yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk menderita suatu penyakit tertentu.Upaya ini dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
b)     Tujuan
Untuk mencegah timbulnya penyebab penyakit dan faktor resikonya dari penyakit pada individu yang beresiko terkena suatu penyakit atau pada populasi umum.
c)     Sasaran
Sasaran asuhan keperawatan adalah orang-orang yang belum menderita suatu penyakit, individu sehat.
d)     Bentuk Kegiatan
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga social lainnya.
1.     Promosi Kesehatan
1)     Pendidikan kesehatan, penyuluhan
2)     Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
3)     Penyediaan perumahan yang sehat
4)     Rekreasi yg cukup
5)     Pekerjaan yg sesuai
6)     Konseling perkawinan
7)     Genetika
8)     Pemeriksaan kesehatan berkala
2.     Perlindungan Khusus
1) Imunisasi
2) Kebersihan perorangan
3) Sanitasi lingkungan
4) Perlindungan terhadap kecelakaan akibat kerja
5) Penggunaan gizi tertentu
6) Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker
7) Menghindari zat-zat alergenik
2)     Pencegahan Sekunder
a)     Pengertian
Merupakan suatu upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala penyakit (pathogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berkelanjutan.
b)     Tujuan
Menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta penanganan sesegera mungkin sehingga komplikasi dapat dicegah.
c)     Sasaran
Pasien yang sudah menderita suatu penyakit dan klien yang beresiko terhadap penyakit tertentu.
d)     Bentuk Kegiatan
Skrining atau check up kesehatan serta pengobatan dengan pemeriksaan khusus yang bertujuan untuk:
1.     Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
2.     Mencegah penyebaran penyakit menular
3.     Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
4.     Memperpendek masa ketidakmampuan
5.     Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit.
Klien harus bekerjasama dengan suatu tim yang akan membantunya dalam proses pengobatan sehingga tujuannya tercapai. Manajemen dilakukan oleh tim disiplin ilmu yang melibatkan dokter, perawat, dan ahli gizi tidak lupa didukung oleh motivasi keluarga.

3)     PencegahanTersier
a)     Pengertian
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode pathogenesis) yang ditujukan untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi penyakit tertentu.
b)     Tujuan
Mencegah progresi dari pada komplikasi, menurunkan kelemahan dan kacatatan untuk tidak menjurus kepada penyakit organ dan kegagalan organ.
c)     Sasaran
Pada orang - orang yang telah menderita suatu penyakit.
d)     Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya adalah rehabilitasi.
Rehabilitas adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitas ini terdiri dari:
1.   Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
2.   Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapat bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
3.   Rehabilitasi sosia vakasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat agar kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan dan ketidak mampuan.
4.   Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka, (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya didalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

2.4  Tingkat Pencegahan Pada Penyakit Diabetes Melitus

1.     Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit diabetes melitus belum dimulai (pada periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit diabetes melitus.
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan yang termasuk ke dalam kategori beresiko tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes melitus tapi berpotensi terkena diabetes melitus.
Sasaran pada penyakit diabetes melitus adalah orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes melitus dan orang-orang yang beresiko terkena penyakit diabetes melitus.
Tujuannya yaitu untuk mengurangi insiden penyakit diabetes melitus dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya. Pencegahan primer terdiri dari:
Upaya –upaya yang dilakukan dalam Pencegahan primer diabetes melitus meliputi:
1)     Penyuluhan Kesehatan
a.      Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang yaitu:
Ø  Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah.
Ø  Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
b.     Mempertahankan berat badan normal.
c.      Melakukan kegiatan jasmani atau olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
2.     Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit diabetes melitus sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit diabetes melitus tidak berlanjut dan mencegah komplikasi dari diabetes melitus.
Sasaran pencegahan sekunder pada diabetes melitus adalah masyarakat yang sudah terdiagnosis terkena penyakit diabetes melitus.
Tujuan pencegahan sekunder pada diabetes melitus yakni menghentikan proses penyakit diabetes melitus lebih lanjut dan mencegah komplikasi
Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan meliputi:
1.     Skrining dan chek up kesehatan untuk menemukan penderita diabetes melitus sedini mungkin yakni dengan pemeriksaan glukosa darah.
2.     Pengobatan
3.     Diet dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
4.     Pengendalian berat badan yanni dengan mempertahankan berat badan normal.
5.     Olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
6.     Penyuluhan mengenai  penyakit diabetes mellitus
7.     Terapi  insulin untuk diabetes mellitus
8.     Pencegahan komplikasi akut dan kronis
3.     Pencegahan tersier
Pencegahan tersier pada penyakit diabetes adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit diabetes mellitus sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan penderita diabetes mellitus ke status sehat.
Sasaran pencegahan tersier pada penyakit diabetes mellitus adalah penderita penyakit diabetes mellitus.
Tujuan pencegahan tersier adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita diabetes mellitus untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi.
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitas. Rehabilitasi terdiri dari:
a)     Rehabilitasi fisik
Agar bekas penderita diabetes mellitus memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
b)     Rehabilitasi mental
Agar bekas penderita diabetes mellitus dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapat bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c)     Rehabilitasi sosia vakasional
Tujuannya supaya bekas penderita diabetes mellitus menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat agar kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan dan ketidak mampuan.
d)     Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan. Usaha pengembalian bekas penderita diabetes mellitus ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka, (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya didalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

 


BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak   serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin dan karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.
 Ada beberapa tipe DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya. DM tipe I yaitu diabetes yang tergantung pada insulin (IDDM), DM tipe II yaitu DM yang tidak tergatung pada insulin (NIDDM). Komplikasi diabetes dapat terjadi pada setiap individu dengan diabetes tipe I atau tipe II. Kurang lebih 5-10 % penderita mengalami diabetes tipe I, sedangkan 90-95 % diabetes tipe II (Brunner dan Sudarth, 2006). Di AS diabetes merupakan penyebab utama kebutaaan yang baru diantara penduduk berusia 25-74 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma kecelakaan. Pada pasien dengan penyakit diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat menyebabkan komplikasi metabolik seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).

3.2  Saran
1.     Untuk mengaplikasikan praktek keperawatan profesional secara teoritis dan praktis perawat harus dituntut mempelajari tentang sistem endokrin pada manusia karena merupakan dasar pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, tepat guna dan berkesinambungan.  
2.    Tingkatan pencegahan pada penyakit diabetes melitus perlu dipahami sebagai bagian dari peningkatan derajat kesehatan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth J. Corwin, (2001). Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Hegner, Barbara R. , (2003). Asisten Keperawatan: suatu pendekatan proses keperawatan, edisi 6, Jakarta: EGC
Long C. Barbara (1996). Perawatan Medikal Bedah Volume 3, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran.  Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, (2005). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Vol. 2, Jakarta: EGC.
Ratna Mahdiana , Tora Book . (2010). Mencegah Penyakit Kronis
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G bare, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC